Merancang Pembelajaran yang Menarik
Coba kita bandingkan pendapat siswa di atas dengan pengertian dari
kamus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata menarik yang
sesuai dalam konteks ini adalah: (1) menyenangkan (menggirangkan hati,
menyukakan); dan (2) mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk
memperhatikan (Depdikbud, 2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada
pengertian kamus tersebut, pembelajaran yang menarik hanya mencakup dua
unsur, yaitu: siswa senang dan siswa memperhatikan. Atau dengan kata
lain, pembelajaran yang menarik adalah pembelajaran yang menyenangkan
hati sehingga siswa mau memperhatikan.
Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses
pembelajaran, siswa memang harus senang dan memperhatikan. Tetapi kalau
ini ukurannya (siswa senang dan memperhatikan), mungkin tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya, siswa bisa saja bertindak
“seolah-olah” (seolah-olah senang atau seolah-olah memperhatikan) untuk
membuat guru merasa senang (sehingga tidak marah-marah kepada siswa?).
Apalagi jika guru hanya memilih salah satu saja: siswa senang atau
siswa memperhatikan. Jika ini yang terjadi, maka guru boleh jadi hanya
mengajar siswa dengan menyanyi dan tepuk tangan; atau guru bertindak
keras dengan memberikan hukuman bagi siswa yang tidak memperhatikan atau
gagal mencapai tujuan belajar.
Pendapat siswa tentang pembelajaran yang menarik di atas jelas lebih
menyeluruh. Pembelajaran yang di dalamnya ada cerita atau nyanyian atau
tantangan yang “terjangkau” tentu saja akan membangkitkan hasrat siswa
untuk mengikutinya karena pada umumnya siswa suka dengan cerita atau
nyanyian atau tantangan.
Namun pembelajaran yang menarik bukanlah sekadar menyenangkan yang
tanpa target. Ada sesuatu yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran,
yaitu pengetahuan atau keterampilan baru. Jadi, pembelajaran yang
menarik haruslah memfasilitasi siswa untuk berhasil mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, dengan cara yang mudah, cepat, dan
menyenangkan; dan, pendapat ini justru disampaikan oleh siswa.
Adapun manfaat dari pembelajaran yang menarik tersebut, karena dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikiologis siswa, tentunya
akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar-mengajar
di kelas. Kita menyadari bahwa pembelajaran yang efektif dan efisien
membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses
pembelajaran itu harus terjadi interaksi yang intensif antarberbagai
komponen sistem pembelajaran (guru, siswa, materi belajar, lingkungan).
Lebih-lebih jika kita menginginkan proses pembelajaran yang standar,
yaitu proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik sebagaimana diamanatkan oleh pasal 19 ayat (1) PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, jelas, pertama-tama
pembelajaran harus menarik.
Empat Hal Dasar
Untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik (sekaligus efektif dan efisien), William Watson Purkey dalam artikelnya berjudul “Preparing Invitational Teachers for Next-Century Schools”
(dalam Slick, 1995:1-3) menyarankan empat hal yang harus ada dan
dipenuhi dalam setiap proses pembelajaran, demi untuk memberikan tujuan
dan arah yang jelas. Keempat hal dasar tersebut meliputi: kepercayaan (trust), rasa hormat (respect), optimisme (optimism), dan kesengajaan (intentionality).
Kepercayaan. Proses pembelajaran seyogyanya merupakan kegiatan
bersama dan saling mendukung antara guru dan siswa, di mana proses sama
pentingnya dengan produk. Dalam praktik pembelajaran harus terjadi suatu
pengenalan atas “saling ketergantungan” di antara sesama manusia.
Ungkap dia: “Attempting to teach students without involving them in the process is a lost cause.”
Bahkan andaikata usaha untuk membuat siswa melakukan apa yang
diinginkan oleh guru tanpa kerja sama mereka dianggap berhasil, energi
yang dihabiskan oleh guru biasanya tidak sepadan dengan apa yang
dicapai.
Rasa hormat. Rasa hormat dapat diwujudkan dengan kepedulian yang
mendalam kepada para siswa dan perilaku yang memadai yang ditunjukkan
oleh guru. Harus dipahami bahwa setiap orang pasti mampu, bernilai, dan
cakap untuk menjadi bertanggung jawab; dan mereka harus diperlakukan
secara benar. Rasa “saling-menghormati” di antara guru dan siswa, adalah
dasar bagi terbangunnya tanggung jawab bersama, sebagai unsur sangat
penting yang harus ada dalam setiap kelas.
Optimisme. Setiap orang mempunyai potensi yang tak terbatas. Keunikan
manusia adalah tidak-adanya batasan yang jelas mengenai potensi yang
telah ditemukan. Pembelajaran yang menarik tidak akan ada artinya
apabila optimisme mengenai potensi manusia terabaikan.
Kesengajaan. Potensi manusia dikenali terutama dengan tempat, proses,
dan program yang dirancang untuk merangsang perkembangan; dan ini dapat
dilakukan guru yang dengan sengaja membuat dirinya menarik, bagi diri
sendiri dan orang lain, secara pribadi maupun secara profesional.
Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses
pembelajaran yang menarik. Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
atau PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Atau yang berasal dari mancanegara (dari buku terjemahan), seperti:
“Quantum Teaching” (DePorter, 2001), ”Accelerated Learning” (Meier,
2002).
Guru dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti
disebutkan di atas, termasuk dari buku-buku terjemahan, dengan
penyesuaian tertentu. Boleh juga guru merancang model sendiri, atau
memodifikasi model yang sudah ada dan disesuaikan dengan kondisi
lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan, unsur-unsur seperti yang
disarankan oleh Purkey dan pendapat siswa di atas harus dipenuhi.
Yang harus dipahami, model atau pendekatan itu hanya alat. Semua
kembali kepada siapa yang menggunakan (the man behind the gun). Sebagus
apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan kemampuan dan kemauan
pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk hal-hal yang
menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru
sebagai pelaksana di lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki
komitmen tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan.
Komitmen di antaranya dipengaruhi oleh kedalaman pemahaman dan
keluasan wawasan tentang hal-hal yang terkait dengan tugas. Jika guru
memiliki pemahaman dan wawasan yang baik tentang tugasnya, ia akan
memiliki komitmen yang baik pula. Jadi dengan banyak membaca, melihat,
merenung atau merefleksi diri, berdiskusi dengan teman sejawat termasuk
dengan siswa, atau melakukan penelitian tentang keberhasilan
pembelajaran, guru akan mampu menyelenggarakan pembelajaran yang
menarik.
0 komentar:
Posting Komentar